Rabu, 18 Januari 2012

Pentingnya Pendidikan Karakter dan Problematika Pendidikan Indonesia


Oleh : Muhammad Jhon Husain Ksyf


Pentingnya Pendidikan Karakter
Sistem pendidikan di Indonesia secara umum masih dititikberatkan pada kecerdasan kognitif. Hal ini dapat dilihat dari orientasi sekolah sekolah yang ada masih disibukkan dengan ujian, mulai dari ujian mid, ujian akhir hingga ujian nasional. Ditambah latihan-latihan soal harian dan pekerjaan rumah untuk memecahkan pertanyaan di buku pelajaran yang biasanya tak relevan dengan kehidupan sehari hari para siswa.
Padahal  sebagai Negara yang mayoritas muslim system pendidikan yang seperti itu bukanlah yang diharapkan. Karena Islamadalah agama dengan pengertiannya yang menyeluruh, dengan arti bahwa islam adalah agama yang tidak hanya melihat dari satu sisi penilaian. Begitupun dengan pendidikan dalam pengertian yang utuh, dengan pengertian bahawa pendidikan bukan hanya terbatas di sekolah saja,  tetapi meliputi segala yang mempengaruhi setiap pelajar baik di jalanan, di rumah dan lain-lain.  Dengan kata lain islam tidak berbicara pendidikan di wilayah kognitif saja.
Indonesia sempat diguncangkan dengan salah satu pengakuan  siswa dan orang tua siswa yang memiliki karakter yang lebih baik di banding yang lain. Tetapi apa? kelebihannya ini membrikan tekanan yang begitu hebat bagi dirinya dan keluarganya. Karakter Jujur yang mereka tonjolkan malah menjadikan orang lain membenci dirinya bahkan menghinanya.
Kejadian di atas adalah salah satu dampak kurangnya pendidikan karakter di sekolah atau lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia. Padahal pendidikan karakter atau pendidikan ahlak adalah yang paing utama.  Lantas bagaimana dengan peran pemerintah? Mereka malah menutup mata, padahal itu adalah hasil dari system yang mereka terapkan saat ini. Menonjolkan karakter yang baik di anggap tabu, berkata jujur di anggapnya merugikan Negara dan sebagainya, kalau dalam pribahasa lempar batu sembunyi tanganmereka yang mengeluarkan system tetapi tidak mau bertanggung jawab dari system tersebut.
Oleh karena itu pendidikan karakter sangatlah penting dan tidak bisa dipisahkan dalam system pendidikan yang berlaku. Lalu bagaimana karakter itu sendiri?
Menurut David Elkind & Freddy Sweet Ph.D. (2004), pendidikan karakter dimaknai sebagai berikut: “character education is the deliberate effort to help people understand, care about, and act upon core ethical values. When we think about the kind of character we want for our children, it is clear that we want them to be able to judge what is right, care deeply about what is right, and then do what they believe to be right, even in the face of pressure from without and temptation from within”. 

Pendidikan karakter adalah usaha untuk membantu sesorang memahami, peduli, dan bertindak berdasarkan nilai-nilai etika. Ketika kita berfikir tentang jenis karakter yang kita inginkan untuk anak-anak didik kita, jelas bahwa kita ingin mereka dapat menilai apa yang benar, peduli tentang apa yang benar, dan kemudian melakukan apa yang mereka yakini sebagai sebuah kebenaran. Bahkan dalam menghadapi tekanandari luar dan godaan dari dalam

Tentang contoh kejadian di atas kita sepakati bahwa mereka adalah criteria orang yang sukses menjalankan pendidikan karakter menurut pengertian dari David Elkind & Freddy Sweet Ph.D tetapi dalam kenyataannya mereka di anggap menjadi benalu dalam lembaga pendidikan tersebut. Sungguh ironis!
Esensi dari pendidikan karakter tersebut seyogyanya mampu dipahami oleh guru atau tenaga pendidik lain, apalagi yang telah lulus sertifikasi. Penambahan financial seharusnya membuat tenaga pendidik menjadi lebih kreatif dan inofatif dalam proses belajar mengajar, bukan malah menunjukan grafik penurunan. Ini adalah PR bersama yang harus kita pecahkan. Menurut T. Ramli (2003), pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik. Adapun kriteria manusia yang baik, warga masyarakat yang baik, dan warga negara yang baik bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara umum adalah nilai-nilai sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya. Oleh karena itu, hakikat pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pedidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina kepribadian generasi muda. 
Jadi ketika ada murid yang berkata jujur idealnya lembaga pendidikan yang bersangkutan bahkan Negara memberikan apresiasi kepadanya, karena si murid telah berhasil mengaplikasikan apa yang telah di ajarkan guru kepadanya. Semoga!
Problematika Pendidikan Indonesia
Mengenai masalah pedidikan, perhatian pemerintah kita masih terasa sangat minim. Gambaran ini tercermin dari beragamnya masalah pendidikan yang makin rumit. Kualitas siswa masih rendah, pengajar kurang profesional, biaya pendidikan yang mahal, bahkan aturan UU Pendidikan kacau. Dampak dari pendidikan yang buruk itu, negeri kita kedepannya makin terpuruk dalam lubang ketertinggalan. Keterpurukan ini dapat juga akibat dari kecilnya rata-rata alokasi anggaran pendidikan baik di tingkat nasional, propinsi, maupun kota dan kabupaten.
Penyelesaian masalah pendidikan tidak semestinya dilakukan secara terpisah-pisah, tetapi harus ditempuh langkah atau tindakan yang sifatnya menyeluruh. Artinya, kita tidak hanya memperhatikan kepada kenaikkan anggaran saja. Sebab percuma saja, jika kualitas Sumber Daya Manusia dan mutu pendidikan di Indonesia masih rendah. Masalah penyelenggaraan Wajib Belajar Sembilan tahun sejatinya masih menjadi PR besar bagi kita. Kenyataan yang dapat kita lihat bahwa banyak di daerah-daerah pinggiran yang tidak memiliki sarana pendidikan yang memadai. Dengan terbengkalainya program wajib belajar sembilan tahun mengakibatkan anak-anak Indonesia masih banyak yang putus sekolah sebelum mereka menyelesaikan wajib belajar sembilan tahun. Dengan kondisi tersebut, bila tidak ada perubahan kebijakan yang signifikan, sulit bagi bangsa ini keluar dari masalah-masalah pendidikan yang ada, apalagi bertahan pada kompetisi di era global. 
Kondisi ideal dalam bidang pendidikan di Indonesia adalah tiap anak bisa sekolah minimal hingga tingkat SMA tanpa membedakan status karena itulah hak mereka. Namun hal tersebut sangat sulit untuk direalisasikan pada saat ini. Oleh karena itu, setidaknya setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk mengenyam dunia pendidikan. Jika mencermati permasalahan di atas, terjadi sebuah ketidakadilan antara si kaya dan si miskin. Seolah sekolah hanya milik orang kaya saja sehingga orang yang kekurangan merasa minder untuk bersekolah dan bergaul dengan mereka walaupun memiliki skill yang lebih di banding dengan mereka. Ditambah lagi publikasi dari sekolah mengenai beasiswa sangatlah minim. Sekolah atau lemabga terkesan tertutup dan tidak kreatif mengenai beasiswa. Padahal jika kita melihat di lembaga-lembaga pendidikan di kota besar info beasiswa sangatlah banyal. Pernah suatu ketika penulis berbincang – bincang dengan salah satu mahasiswa ITB (Institut Teknologi Bandng) mengenai beasiswa. Dalam percakapan yang berlangsung kurang lebih 15 menit penulis dapat simpulkan, betapa banyaknya beasiswa yang berkeliaran di sana. Tetapi mengapa beasiswa tersebut hanya bereedar di kota-kota besar? Apa memang tidak ada alokasi untuk daerah – daerah yang jauh dari kota besar? Atau memang lembaga yang menutu-nutupinya?!
Sekolah-sekolah gratis di Indonesia seharusnya memiliki fasilitas yang memadai, staf pengajar yang berkompetensi, kurikulum yang tepat, dan memiliki sistem administrasi dan birokrasi yang baik dan tidak berbelit-belit. Akan tetapi, pada kenyataannya, sekolah-sekolah gratis adalah sekolah yang terdapat di daerah terpencil yang kumuh dan segala sesuatunya tidak dapat menunjang bangku persekolahan sehingga timbul pertanyaan ,”Benarkah sekolah tersebut gratis? Kalaupun iya, ya wajar karena sangat memprihatinkan.”
Kualitas pendidikan pun sangat memprihatinkan. Ini dibuktikan bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun. Kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Indonesia memiliki daya saing yang rendah. Dan masih menurut survey dari lembaga yang sama Indonesia hanya berpredikat sebagai follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53 negara di dunia.

Indonesia Bisa!

            Kenyataan yang terjadi tidak menjadikan kita menangis hari ini, tapi menjadikan semangat juang terus membara dalam diri anak-anak bangsa. Kejadian yang telah berlalu, mari kita jadikan sebagai batu loncatan untuk bisa lebih baik dari hari ini.
            Kita tidak perlu malu dengan berpredikat sebagai bangsa yang tertinggal selagi semangat perubahan selalu menggebu dalam diri. Hal yang di anggap kecil oleh kebanyaka warga Negara kita adalah ketika kita bisa mengubah diri sendiri sebelum mengubah bangsa ini. Oleh karena itu mari kita ubah dan tingkatkan paradigma kita ke arah yang lebih maju!

(Penulis adalah Mahasiswa IAID – Ciamis
Fakultas Tarbiyah – Prodi PAI)

Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

kalo udah baca2 ngomeng ya....

 

Selamat Datang bahasa inggrisnya welcome

Selamat datang di blog Forum Alumni Darussalam 2011, kami harap anda senang berada diblog sederhana ini. Blog ini kami buat dengan komputer yang sederhana dan koneksi internet yang juga sederhana. Kami berharap Anda sering datang kembali. Silahkan anda mencari hal-hal yang baru di blog ini.

Sekilas tentang Forum Alumni Darussalam 2011

Photo di samping itu bukan saya dan juga bukan pacar saya, pokoknya bukan siapa-siap saya. Foto itu cuma foto samaran Admin. Silahkan bagi rekan-rekan yang mau share Pengalaman,Artikel,Cerpen,Curhat ataupun pengen kangen-kangenan masa-masa di Pondok Pesantren Darussalam, kirim saja ke Email kami. Kami akan segera menindak lanjuti.

Info